Banyak orang bilang hidup ini adalah pilihan. Kita belajar memilih keinginan, kita memilih benda-benda, kita memilih orang-orang, dan kita belajar memilih keadaan-keadaan.
Jika kita mau menelusuri, apapun yang ada di dalam hidup kita saat ini dan apapun yang ada di sekitar kita, itu adalah hasil dari pilihan kita sendiri. Kenyataan kehidupan adalah bangunan yang kita
tegakkan sendiri sejalan dengan perjalanan waktu.
tegakkan sendiri sejalan dengan perjalanan waktu.
Ketika kita memilih maka kita telah menetapkan sesuatu dan mengabaikan yang lain. Kita menetapkan sesuatu berdasarkan tingkat kepentingan hidup kita dan berdasarkan keinginan kita. Semua itu kita lakukan setiap saat dan setiap waktu, dari momen ke momen hingga sekarang.
Di dunia ini tidak ada yang bukan pilihan. Dan jika kita mempercayai Tuhan, hanya ada dua pengecualian yang keduanya kita tidak pantas menetapkan pilihan, yaitu kita tak bisa memilih kapan kita akan mati dan kita harus terus hidup selama kita belum mati. Selebihnya adalah pilihan.
Kita dengan sangat yakin akan mengatakan bahwa kita telah memilih, jika kenyataan hidup kita sedang mencerminkan keberdayaan, kebahagiaan, atau keberhasilan. Kita akan mulai meragukan diri kita sendiri, jika kenyataan kehidupan sedang bergulir sebaliknya; tak berdaya, tak berbahagia, atau dipenuhi dengan kegagalan. Kita lupa bahwa tentang dua macam kenyataan hidup itu kita sendirilah yang telah memilihnya.
Kita sebenarnya telah menciptakan sendiri kenyataan hidup kita. Hanya saja, kita mungkin lupa bahwa kita telah mengembangkan sikap dan perilaku yang mendukung kenyataan itu. Kita mungkin tidak sadar bahwa telah melatih semua itu dengan tekun dari waktu ke waktu dengan pola pikir dan pola rasa yang memang mengarahkannya ke sana. Kita perlu menyadari bahwa diri kita bukan tidak mampu, melainkan terlanjur salah menggunakan kemampuan.
Salah satu hal yang paling penting yang perlu di tanamkan ke dalam kesadaran, adalah bahwa saat ini dan di masa depan tiap insan masih tetap bisa memilih. Kemampuan itulah yang membedakannya sebagai manusia dari makhluk lain yang bukan manusia.
Selagi pikiran masih bisa berpikir dan selagi perasaan masih bisa merasakan, kita selalu bisa memilih. Sekalipun kenyataan hidup saat ini masih jauh dari yang diharapkan, dalam kondisi itupun kita tetap bisa memilih.
Jadi masalah terbesar adalah salah memilih. Kita selalu dalam keadaan berdaya dengan kemampuan kita yang bisa memilih dan tetap selalu bisa memilih. Kemampuan itu sungguh bersifat tetap dan netral. Dengan keberdayaan itu kita bisa memilih menciptakan kenyataan hidup yang tidak berdaya, tidak bahagia, atau gagal. Kita, juga bisa memilih kenyataan hidup yang sebaliknya.
Kita, sering tidak menyadari bahwa kita telah salah memilih. Apa yang menjadi sebab dari masalah besar seperti ini? Sebabnya adalah ketidakjernihan tujuan hidup. Maka untuk menciptakan kenyataan hidup yang baru di masa depan, kita perlu benar-benar hidup di dalam kesadaran yang mengarahkan kita kepada kenyataan hidup yang sesuai harapan.
https://andraexpose.wordpress.com/
sedih :(
BalasHapussedih bangeettt
BalasHapusai sedih eh....
BalasHapusoh keren
BalasHapusah sedih banget
BalasHapusdek jangan yang sedih terus jadi sedih ni.
BalasHapusikut arus lgi gan...
BalasHapusyap, hidup ini sebuah pilihan
BalasHapusselviok.blogspot.co.id tiap entri pls dcmentt
BalasHapusamb inggg
BalasHapus